LANGGANAN DOSEN
Kehidupan
kampus penuh dengan kejadian-kejadian tragis, penuh haru, romantis, bahkan lucu.
Kejadian-kejadian ini tidak lepas dari perilaku mahasiswa dan mahasiswi yang
berbeda pada setiap individu. Dari sekian banyak penghuni kampus, aku tertarik
pada salah satu mahasiswi. Aku tidak terlalu mengenalnya, tetapi aku sering
mendengar kisahnya. Ya, dia sering menjadi buah bibir karena tingkah lakunya.
Teman-temanku
yang sering membicarakannya. Mereka menyebut gadis berkulit sawo
matang itu dengan nama Elodea. Dea, sapaan akrabnya, sering melakukan hal-hal
yang dapat menimbulkan gelak tawa bagi orang sekitarnya. Sifat pelupa, suka
melamun, dan
sok tahu membuat dirinya menjadi bahan ejekan oleh para sahabatnya. Walaupun
begitu, dia menanggapi hal tersebut dengan tawa.
Ada
beberapa kejadian konyol yang dia perbuat. Kejadian-kejadian ini
membuatnya harus menjadi langganan dosen alias sering berurusan dosen. Kejadian itu diceritakan
oleh teman satu kostanku, yang notabenenya adalah teman sekelas Dea. Kejadian
ini bermula dari jejaring sosial yang sedang digandrungi saat ini. Dia memasang
status Facebook melalui handphone,”Salah pilih jurusan gak ya? Mudah-mudahan
enggak”. Selang sepuluh menit, status Facebooknya dikomentari oleh para teman-temannya.
Dea membalas status tersebut satu persatu tanpa menunggu foto profil pemberi
komentar terlihat. Salah satu pemberi komentar itu di dalam status Dea
berkata,”Semangat ya, kamu pasti bisa kok”. Dea mencoba untuk mengingat wajah si
pemberi komentar tersebut dari nama lengkapnya. Kemudian dia membalas,”Terima
kasih Kurnia… :)“.
Keesokan harinya, dia
duduk terpaku di depan laptop. Dia membuka kembali beranda profil Facebooknya. Statusnya
semalam dia baca kembali. Dia menemukan hal yang aneh. Dea berkata,”Lah, kok
tua?”. Si
pemberi komentar statusnya memasang foto seorang ibu berambut pendek dan
tidak terlalu jelas. Dia meyakini bahwa si pemberi komentar bernama Kurniawati Melata Cantika merupakan temannya dulu
di bangku SMP, sehingga seharusnya yang terpampang di profile picture adalah foto gadis muda. Namun untuk memastikan, dia
membuka profil orang tersebut.
Mata
gadis berwajah melayu itu pun langsung membelalak. Tangan kanannya menutupi
mulut mungilnya. Si pemberi komentar itu tidak lain dan tidak bukan adalah Ibu Wati
alias Kurniawati Melata Cantika, dosen mata kuliah Manajemen Pangan. “Wah,
gawat nih!”, pikir Dea. Jemari dia pun dengan cepatnya menghapus balasan
komentar di statusnya. Gadis itu pun langsung mengetik permohonan maaf di
dinding Ibu Wati. Pelajaran yang dapat diambil adalah jangan sok ingat dan sok
tahu dengan teman lama kalau tidak terlalu yakin dengan nama panjangnya.
Tidak hanya kejadian itu. Ada lagi
kejadian yang membuat aku menggelengkan kepala ketika mendengarnya. Kejadian
ini berawal dari ujian tengah semester. Ujian ini sudah berlalu sejak dua
minggu yang lalu. Para mahasiswa tidak sabar melihat nilai mereka, begitu pula
dengan Dea. Nilai kuliah Manajemen Pangan pun dipajang. Nilai Dea tidak ada
tertulis di sana. Di kertas itu pun tertulis bahwa Dea diharuskan untuk
menghadap Ibu Wati secepatnya.
Pintu kantor dosen diketuk. Suara
dari dalam ruangan itu mempersilakan untuk masuk. Senyuman manis tersungging di
bibir mungil Dea. Ibu Wati berdiri dan berjalan menuju arahnya sambil membawa
beberapa kertas. “Kamu kok tidak mengisi jawaban di lembar soal ujian De?”,
tanya Ibu Wati seraya menyodorkan kertas-kertas tersebut. “Ah, yang benar Bu? Saya
merasa saya sudah mengisi semua soal dengan baik”. “Coba kamu lihat dulu
baik-baik”, mata Bu Wati menuju ke kertas.
Dea membuka kertas satu persatu. Di
halaman pertama dan kedua, dia disuguhi dengan soal essay. Di soal itu ada
coretan jawaban Dea. Di lembar berikutnya, Dea melihat soal pilihan ganda. Hal ganjil
yang terlihat adalah jawaban pilihan ganda itu masih bersih alias tidak ada
coretan untuk memilih jawaban yang tepat. Dia yakin bahwa saat ujian dia telah
memilih jawaban yang tepat. Bola matanya bergeser ke arah soal dengan teliti. Dia
mendapati bahwa dia baru menjawab dengan menyilang huruf di soal tersebut. “Astaga!”,
dia menepuk jidat. Dea belum memindahkan jawaban tersebut ke tempat seharusnya.
Kebiasaan itu sering dia lakukan bila menjawab soal pilihan ganda.
Beralih ke cerita lain tapi masih berkaitan
dengan si buah bibir. Kejadian ini berlangsung pada saat praktikum pengolahan
pangan. Dosen pembimbing praktikum, Ibu Herlina, sedang membantu para mahasiswa
untuk mengolah daging sapi menjadi bakso yang lezat. Setelah melalui proses
penggilingan, daging merah itu masuk ke tahap pencampuran dengan bahan-bahan
lainnya. Bu Herlina terlihat mencari-cari sesuatu. “Pisau homogenizer-nya mana ya?”, tanyanya kepada para mahasiswa yang
berada di hadapan dan sebelahnya. Para mahasiswa saling bertatapan satu sama
lain, kecuali Dea. Dia sedang terdiam dan termenung sendirian.
“Hmm, di
mana ya pisaunya? Perasaan tadi ditaruh di sini”, ucap Gisela dengan muka
bingung, yang berada di samping kiri Dea. Ucapan itu sontak membangunkan Dea
dari lamunannya. “Pisau?”, tanya Dea ke Gisela. Gisela hanya menggangguk. Dea
melemparkan pandangannnya ke samping kanannya. Pisau dengan pegangan kayu terlihat
di atas meja dan agak tertutupi oleh plastik putih. Dia mengambilnya dengan
segera. “Ini pisau yang Ibu cari”, ujar Dea sambil menyodorkan pisau ke arah
Ibu Herlina. Suasana jadi hening seketika ketika Bu Herlina mengambil pisau
tersebut. Selang beberapa detik, tawa membuncah dengan kerasnya dari para
mahasiswa yang ada di situ. “Hahahaha…Dea, pisau sayur digunakan untuk homogenizer. Jangan ngaco kamu ah”, kata
Gisela sambil terus tertawa. Bu Herlina juga ikut tertawa terbahak-bahak
melihat adegan tersebut. Ridwan yang berada berseberangan berkata,”Sakti banget
kamu De. Memang deh, gak ada yang bisa nandingin kamu, hahaha. Dasar Dea de
Pisau!”.
Itulah
tiga cerita dari si buah bibir yang konyol. Masih banyak cerita-cerita yang
lebih seru dan mengocok perut dari berbagai individu di kampus. Hidup di kampus
memang terkadang membosankan. Dengan adanya orang seperti Elodea, membuat
suasana kuliah yang jemu menjadi lebih ceria karena dapat membuat orang di
sekelilingnya tertawa.
(Cerita ini
didedikasikan penulis untuk pembully sakti P4 : Bray, Dipet, Om, Kudanil)
Created by Beber
No comments:
Post a Comment